MENJADI PANDAI TIDAK BISA DILAKUKAN DI SEKOLAH, YANG DILAKUKAN DI SEKOLAH ADALAH MEMUPUK KREATIFITAS MURID
Kepala Balai Diklat Keagamaan Denpasar, H. Suyatno, Lc., M.S.I memberikan materi Desain Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas pada pelatihan Kerjasama Kurikulum Merdeka Belajar BDK Denpasar dengan MI Alam Jamur, MI Al-Kalam dan MI Guntur Nusantara (Kamis, 15/06)
Saat mengisi materi, Kepala Balai menyampaikan beberapa hal, diantaranya, Kepala Balai menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan pelatihan sehingga dapat bertemu dengan para guru.
“Ini menjadi momen yg membanggakan dapat bertemu dengan para Kepala Madrasah dan Guru-Guru mewakili 3 Madrasah Ibtida’iyah di Kota Denpasar dan saya Saya selalu mendukung apapun bentuk pengembangan SDM Guru” ungkap Suyatno
Suyatno menjelaskan bahwa guru menjadi sosok penting yang menentukan karakter siswa, bagaimana guru dapat menjadikan siswa sebagai figur berkarakter baik bahkan setelah lulus dari sekolah atau madrasah.
“Karakter dan keseharian kita berasal dari guru-guru kita, bagaimana cara berpikir anak didik kita, ini adalah tugas yg sangat berat bagi guru dimana guru juga cerminan karakter siswa ketika diluar sekolah” tegas Suyatno
Dalam kesempatan tersebut, mantan Widyaiswara BDK Semarang tersebut memaparkan bahwa saat ini pemerintah belum mampu memenuhi pengembangan SDM keseluruhan dalam satu tahun, dimana jumlah SDM yang sangat banyak, sehingga guru-guru diharapkan dapat terbiasa belajar mandiri untuk menyempitkan GAP kompetensi tersebut.
“Kepala madrasah tidak boleh selalu menuntut guru saja tapi ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan SDM guru tersebut. Kami sangat mengapresiasi kegiatan-kegiatan seperti ini serta kami himbau agar kepala madrasah bisa mendukung pengembangan kompensi guru-guru. Untuk mencapai output siswa yg baik, kita juga harus melihat prosesnya, bagaimana pembelajarannya, guru sangat berperan penting dalam proses tersebut dan pimpinan harus siap melalukan pengembangan SDM Guru tersebut” tegas Suyatno
Pria kelahiran Wonogiri tersebut juga menyampaikan bahwa dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045, seluruh aspek harus berupah, termasuk guru. Guru harus mengajar mengikuti perkembangan jaman dan karakter atau gaya belajar peserta didik. Menjadi pandai tidak bisa dilakukan di sekolah yang dilakukan sekolah adalah memupuk kreatifitas murid.
Oleh karena itu, perlu ada kolaborasi antar sekolah sekolah atau Madrasah. Pelatihan IKM tidak cukup satu dua atau seminggu, perlu juga ada maintenence atau pendampingan, untuk memastikan IKM ini diimplementasikan dengan baik, dan juga harus ada pelaporan secara berkala.
“Kami Balai Diklat Keagamaan Denpasar mempunyai inovasi baru untuk menjembatani permasalahan bapak ibu guru dalam pengembangan kompetensi yang memerlukan pembimbingan dan pendampingan dalam sebuah program yang di sebut SCOCI (system Coaching Clinic). Kami berupaya memberikan pelayanan terbaik kami “Melayani dari Hati”. Silahkan dimanfaatkan kesempatan ini, kami ingin mendekatkan diri dengan para stakeholder berbasis kebutuhan.” ujar Suyatno menutup materinya