PJJ Publikasi Ilmiah- Pembangunan Bidang Agama
  • 11 Agustus 2020
  • 664x Dilihat
  • Berita

PJJ Publikasi Ilmiah- Pembangunan Bidang Agama

(Nara sumber: Dr. Muchlis M. Hanafi, M.A)

 

Pembangunan bidang agama berangkat dari kerangka berpikir tentang revolusi mental dan pembangunan kebudayaan yang saat ini menjadi program kerja dari pemerintah. Adapun isu utama yang diangkat adalah masih lemahnya pemahaman dan pengalaman nilai agama yang moderat, inklusif dan toleran untuk memperkuat umat beragama. Hal ini kemudian dituangkan di dalam arah kebijakan yaitu dengan  memperkuat moderasi beragama sebagai pondasi cara pandang, sikap, dan praktik beragama jalan tengah untuk meneguhkan toleransi, kerukunan dan harmoni sosial yang mana pada akhirnya diharapkan terwujudnya masyarakat Indonesia yang berbudi luhur, berjati diri, bergotong royong, bertoleran dan sejahtera.

Moderasi beragama merupakan salah satu unsur penting dalam pembangunan bidang Agama di Indonesia, mengingat bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang sangat majemuk. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apa itu moderasi beragama?. Moderasi beragama dapat diartikan sebagai cara pandang, sikap dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah-tengah, selalu bertindak adil, berimbang dan tidak ekstrem dalam beragama. Norma umumnya adalah bahwa setiap individu apapun latar belakang agamanya harus mampu untuk saling mendengarkan, mengolah dan mengatasi perbedaan pemahaman yang terjadi dalam hal agama dengan arif dan bijak serta selalu mengambil jalan tengah.

Pertanyaan Kedua yang penting adalah Mengapa harus moderasi beragama?. Untuk menjawabnya kita harus memahami dengan benar apa sebenarnya esensi dari agama itu sendiri. Agama esensinya adalah untuk menjaga martabat manusia. Maka moderasi beragama diperlukan untuk mengembalikan esensi dari agama tersebut. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk dan beragam, tentunya akan banyak sekali perbedaan-perbedaan yang terjadi, baik dalam hal pemahaman, fanatisme, ekstremisme, ekploitasi agama untuk kepentingan pribadi dan golongan, maka dengan adanya moderasi beragama diharapkan dapat mengembalikan pemahaman yang berbeda tersebut dalam konteks yang sebenarnya. Oleh karena itu Moderasi Beragama ini merupakan solusi untuk menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia yang multicultural.

Moderasi Beragama mulai popular hampir diseluruh dunia setelah terjadinya peristiwa 11 September 2001 di New York dan Washington DC USA. Hampir semua masyarakat dunia menginginkan sebuah kehidupan yang damai dan berkeadilan oleh karena itu kiranya Moderasi Bergama dapat menjadi solusi ditengah banyaknya pertikaian yang terjadi disebabkan oleh isu agama. Maka dalam rangka mengkampanyekan gerakan moderasi beragama, maka PBB kemudian menetapkan Tahun 2019 sebagai tahun Moderasi Internasional. Dalam hal ini Kementerian Agama juha melakukan hal serupa dengan menetapkan Tahun 2019 sebagai tahun “moderasi beragama untuk kebersamaan umat”.

Dalam perkembangannya kemudian muncul isu-isu yang mengadakan bahwa gerakan moderasi beragama hanyalah merupakan propaganda barat untuk menghancurkan akidah orang islam. Pertanyaannya, apakah menjadi moderat berarti harus mengikuti barat? Jawabannya tentu saja tidak. Moderasi beragama adalah bagaimana setiap individu dapat mengesampingkan perbedaan-perbedaan untuk kemudian mencari jalan tengah untuk mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya. Lalu apa saja ciri-ciri moderat itu?. Ada beberapa ciri yang dapat diamati dari orang yang moderat antara lain:

1.            Memahami Realitas

2.            Memahami Prioritas

3.            Memahami prinsip Gradualitas/ Sunnatu al-tadarruj dalam segala hal

4.            Memudahkan dalam beragama

5.            Mengedepankan dialog

6.            Terbuka dengan dunia luar dan bersikap toleran.

Sebagai umat beragama maka sudah menjad kewajiban bagi setiap individu memahami teks yang menjadi dasar pemahamannya secara menyeluruh dan konprehensif, tidak setengah-setengah. Adapun ciri-ciri sikap orang yang moderat dalam memahami tesk adalah:

1.            Memahami teks-teks keagamaan secara menyeluruh, seimbang dan mendalam.

2.            Memahami prinsip-prinsip syariat dan tidak jumud pada tatanan lahir.

3.            Menggabungkan antara pemahaman yang lama dan pemahaman yang baru.

4.            Menjaga keseimbangan antara Tsawabit danMutaghayyirat.

Apabila seorang individu tidak melakukan 4 hal diatas maka potensi untuk menjadi ektrem sangatlah besar. Apa saja ciri-ciri orang yang berpaham ektrem?. Ciri-cirinya antara lain sebagai berikut:

1.            Fanatisme berlebihan

2.            Tidak siap menerima perbedaan

3.            Cenderung mempersulit.

4.            Menganggap dirinya paling benar

5.            Berprasangka buruk terhadap orang lain

6.            Mengkafirkan yang berbeda pandangan.