KONTEMPLASI KEHIDUPAN: MENEMUKAN MAKNA DI SETIAP LANGKAH
  • BDK Denpasar
  • 27 Juni 2024
  • 115x Dilihat
  • Kajian

KONTEMPLASI KEHIDUPAN: MENEMUKAN MAKNA DI SETIAP LANGKAH

iyam hi yonih prathamā
yonih prāpya jagatipate
ātmānam śakyate trātuṁ
karmabhih śubha-lakṣaṇaih
(Sarasamuccaya (4).


Apan iking dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana,
wӗnang ya tumulung awaknya sangkeng sangsāra, makasādhanang
śubhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika.


Terjemahan:
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama. Apa
sebabnya demikian? karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan
sengsara (lahir dan mati berulang- ulang) dengan jalan berbuat baik;
demikiannyalah keutamaannya menjadi manusia.


Sloka ini menegaskan bahwa menjadi manusia ini merupakan hal yang mulia. Kontemplasi dapat menjadi sarana untuk memahami makna eksistensial dalam kehidupan manusia, termasuk tujuan dan keutamaan menjadi manusia. Dalam praktik spiritual, kontemplasi digunakan untuk mendalami pemahaman akan karma, samsara, dan upaya untuk mencapai pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian. Dengan memahami dan merefleksikan atas tindakan dan kehidupan, seseorang dapat berusaha untuk memperbaiki perilaku mereka dan mencapai keutamaan spiritual. 

Menjadi manusia adalah sungguh utama karena manusia memiliki kemampuan unik untuk menolong dirinya sendiri dari kesengsaraan. Melalui kontemplasi, individu dapat mengalami kedamaian bathin dan kebijaksanaan yang lebih dalam. Kontemplasi memungkinkan seseorang untuk terhubung dengan realitas yang lebih tinggi, yang sering kali dianggap sebagai esensi dari kehidupan itu sendiri. Dalam tradisi spiritual yang berbeda, kontemplasi juga digunakan sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, memahami sifat sejati dari keberadaan, dan mengembangkan cinta kasih serta belas kasih yang universal.

Praktik kontemplatif melibatkan pengosongan pikiran dari gangguan duniawi dan fokus pada dimensi spiritual yang lebih dalam. Hal ini tidak hanya membawa pencerahan pribadi tetapi juga berkontribusi pada harmoni dan keseimbangan dalam masyarakat, karena individu yang mencapai keutamaan spiritual cenderung memancarkan kedamaian dan kasih sayang kepada orang lain.

Dengan demikian, kontemplasi bukan hanya sarana untuk pemahaman eksistensial, tetapi juga jalan menuju transformasi pribadi dan sosial, yang mengarahkan manusia pada kehidupan yang lebih bermakna dan penuh kebijaksanaan. Menjadi manusia, dengan kemampuan untuk refleksi dan kontemplasi, memungkinkan kita untuk melampaui kesengsaraan dan mencapai tingkat kebahagiaan serta pemahaman yang lebih tinggi.